RSS Feed

[muhasabah] risalah kematian

Posted on
taken from bedhesbiroe.blogspot.com

taken from bedhesbiroe.blogspot.com

awal tahun ini, Allah memberikan lagi tanda kasih sayangnya yang begitu luar biasa kepadaku. sungguh, aku bersyukur melampaui masa itu. beberapa hari lalu, di sebuah lobi apotek, aku bertemu seorang perempuan yang wajahnya familiar. tak berapa lama aku kemudian mengajaknya berbincang dan benar, perempuan itu ternyata perawat baik hati yang awal tahun ini sudah banyak membantuku ketika harus menginap di rumah sakit.

pertemuan itu mengingatkanku pada hutang pada diriku sendiri untuk menuliskan, ini. 🙂

jauh dari sanak famili dan belum seberapa akrab dengan teman-teman di tempat tinggal baru, terkadang memang sebuah kendala. tapi bagaimana kemudian menjadikan kendala itu jalan meraih sabar itulah kemudian yang kupelajari dengan hebatnya.

awal tahun ini, rumah sakit adalah tempat menginap keluargaku di top of list. hehe kelelahan sangat, lalu jatuh sakit, diagnosa dokter yang salah, dokter yang tidak komunikatif, banyak aktivitas dan kegiatan yang tertinggal, dan banyak lagi, dan sangat banyak lagi.

namun kesemuanya itu bukan lagi penting saat ini, sebab satu hal yang paling menyentuh, mengisnpirasi dan akan kuingat terus adalah, ketika teman-teman majelis menengok kami di rumah sakit, setelah perbincangan ringan ala kadarnya, 7 sampai 8 orang kira-kira waktu itu, bersama-sama menengadahkan tangan, bersama-sama memanjatkan doa yang aku tahu sangat khusyuk sampai aku menangis mendengarkan ucapan doa-doa mereka.

subhanallah, Allah mengirimkan, kawan-kawan yang luar biasa. namun, lepas dari itu. aku juga yakin, di luar kawan-kawan yang sedang membezuk itu pula, banyak kawan-kawanku yang luar biasa juga di luar sana.

yang menjadi muhasabahku, perenunganku kemudian, secara pribadi, tidak pernah memang aku memjenguk kawan yang sakit lalu terang-terangan mengajak semua yang datang bersamaku mengangkat tangan lalu terang-terangan membacakan doa. paling sering yang kulakukan mengucapkan “semoga lekas sembuh, ya.” atau “syafakillah” bagiku, sekarang yang kulakukan itu sangatlah kurang dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan kawan-kawanku tadi. sehingga kemudian menjadi tekadku kemudian akan melakukan hal yang sama dengan mereka suatu saat jika pergi membezuk.

Duhai Illah pememberi kekuatan, semoga Engkau berikan kekuatan pada hamba melakukan itu.

beberapa minggu sepulang dari rumah sakit. aku kembali ke aktivitas biasa. membaca buku-buku baru salah satunya. di kurun waktu yang bersamaan, biasanya aku membaca dua buku sekaligus. namun kali ini bukan buku baru salah satunya, tapi buku lama tentang kematian.

beberapa hari di rumah sakit, terus mengingatkanku pada kematian. semakin larut, semakin larut aku merenungkannya dari waktu ke waktu.

hingga suatu siang, aku menerima sms dari ibu. seorang tetanggaku, yang berlekatan tembok rumahnya dengan rumah ibuku, berpulang.

Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun. QS 7:34

lepas ashar, masih di atas sajadah, aku menelepon ibu. menanyakan detail peristiwa yang mengantarkan tetanggaku itu pada ajalnya.

beliau, meninggal di kemoterapi yang ke-9 dari 12 kemoterapi yang dijadwalkan, sebab memnderita kanker getah bening.

berita meninggalnya tetanggaku itu membuatku sangat terpukul. di antara larutku pada kematian dan di antara kenangan, bahwa beliaulah guru ngajiku yang pertama. yang mengenalkanku pada banyak sekali pengetahuan agama, tidak hanya sekedar mengajari alif ba’ ta’

usianya masih tergolong muda. awal 40-an. ustadzah Sri Rahayu, namanya. semoga ilmu yang beliau ajarkan padaku dan terus kuamalkan, memberikannya kenikmatan di kuburnya sampai hari akhir kelak. aamiin.

betapa kemudian aku bertambah larut dalam mengingat kematian itu sendiri, lantas aku menjadi rindu pada guru ngajiku di kota singgah sebelumnya, Banyuwangi. Ustadz Abdallah, namanya. sebab kerinduanku itu kemudian aku memasang status di facebook dan mengundang teman-teman semajelis, dahulu. menanyakan kabar ustadz dan kawan-kawan.

kabar yang kuterima kemudian tidak lantas membuatku ringan. sebab rinduku itu berbalas kabar yang semakin dan semakin dalam larut dalam mengingat kematian. seorang kawan berkabar, sebab usia beliau yang semakin senja dan penyakit gula yang dideritanya, pandangan (mata) beliau sudah tak bisa lagi melihat.

tangis mana yang tak mengunjungiku kemudian. teringat suara dan bacaan Al Quran beliau yang merdu. tutur teguran yang lembut. kukembalikan lagi pada diriku, merefleksi, bermuhasabah.

sungguh, bagaimana jika nikmat melihat itu dicabut dariku, sementara hafalan Quranku jauh dari nol. bagaimana jika nikmat melihat, mampu membacaku dicabutNya dariku yang setiap hari hanya sedikit bacaannya. pasti aku menjadi orang yang menyesal di hari akhir kelak. menjadi orang yang paling rugi setelah kematianku. menjadi golongan orang-orang yang jauh dari berkahNya, naudzubillah tsumma naudzubillah.

Yaa Goffar, Yang Maha Pemberi Ampunan, ampuni kami yang jauh dari ikhtiar merajuk-rajuk mendekat padaMu. Kehendaki kami menjadi orang-orang mukmin yang mukhlis. Kehendaki wajah kami selalu basah sebab khawatir kematian menjemput kami tiba-tiba ketika kami tak berbekal sedikitpun. Kehendaki umur kami yang tersisa memberikan manfaat (khasanah akhirat) bagi kami dan semua makhluk. aamiin.

dan memang, setiap kematian yang datang pada orang-orang di sekitar kita, orang-orang yang kita kenal, membawa hikmah bagi kita yang tertinggal di fana dunia ini, agar semakin tunduk runduk, menyadari betapa kecilnya kita di mata Allah SWT.

semoga tulisan ini memberikan manfaat dan mengispirasi kawan-kawan.

selamat berjihad! 🙂

——————————eon

kabkdr073604052013

About dkaekas

Hamba nan faqir yang mengharap sebaik-baik takdir; keridhoan Robbul'alamin

Leave a comment